Kasus kekerasan seksual pada anak meningkat setiap tahunnya. Ironisnya, anak lebih banyak tahu tentang seks dari teman, internet, dan media pornografi seperti majalah porno, video, dan lain sebagainya. Hanya 5 % anak yang tahu tentang seks dari orangtua.
Menurut Pakar: Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi.
Berikan edukasi seks pada anak saat sebelum pubertas dan saat anak bertanya.
Bersyukurlah ketika anak tiba-tiba bertanya tentang seks karena inilah saatnya Anda memberikan informasi yang tepat. Jangan lalu Anda malah memarahinya, terlihat bingung, terlalu serius, pura-pura tidak dengar, bahkan mengalihkan pembicaraan atau berbohong. Karena jika Anda melakukan hal tersebut, anak akan mencari jawaban di tempat lain. Sambil mengajarkan anak, jelaskan bahwa penjelasan seputar seks hanya bisa ia dapatkan melalui Anda, orangtuanya. Gunakan kesempatan, misalnya:
1.	Saat mandi. Kenalkan anak tentang alat kelaminnya. Gunakan kata penis dan vagina untuk alat kelamin, jangan pakai kiasan. Jelaskan pada anak karena kata tersebut bersifat pribadi, ia tidak bisa mengucapkannya sembarangan atau di depan umum.
2.	Saat ada adegan mesra di film seperti berciuman. Daripada sibuk menutupi mata anak, lebih baik jelaskan apa arti adegan tersebut.
Pendidikan seks bukan single lecture. Tak bisa mengajari anak tentang pengetahuan seks hanya satu kali, karena dalam tiap tahapan usia anak, mereka mendapatkan ‘problem’ baru.
Mengenal Bagian Tubuh
Beritahu anak tentang batasan bagian tubuh pribadinya, yaitu mulai dari bawah leher sampai lutut, tidak termasuk tangan. Selain kelamin, bokong, dan dada, paha dan punggung termasuk pribadi, mengantisipasi fedofil yang suka meminta anak bertelanjang dada lalu memotretnya. Ajarkan pada anak, bahwa hanya ada 3 orang yang boleh menyentuh bagian tubuh pribadinya: dirinya sendiri, orangtua, dan dokter. 
Jika ada orang lain yang memaksa untuk memegang atau melihat bagian tubuh pribadi anak, diskusikan dengannya, apa yang perlu ia lakukan dengan memberikan arahan detail. Ajarkan anak untuk melawan dengan berbagai cara, yaitu berteriak, memukul, menendang, atau menggigit.
Ajarkan norma sederhana, seperti aturan memakai baju. Kalau habis mandi, badan harus ditutupi dengan handuk, dan inilah sebabnya mengapa di toko baju selalu ada ruang ganti pakaian, karena kita tidak bisa telanjang di depan banyak orang.
Senin, 16 Mei 2016
Mengajarkan Pendidikan Seks Untuk Anak
Kasus kekerasan seksual pada anak meningkat setiap tahunnya. Ironisnya, anak lebih banyak tahu tentang seks dari teman, internet, dan media pornografi seperti majalah porno, video, dan lain sebagainya. Hanya 5 % anak yang tahu tentang seks dari orangtua.
Menurut Pakar: Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi.
Berikan edukasi seks pada anak saat sebelum pubertas dan saat anak bertanya.
Bersyukurlah ketika anak tiba-tiba bertanya tentang seks karena inilah saatnya Anda memberikan informasi yang tepat. Jangan lalu Anda malah memarahinya, terlihat bingung, terlalu serius, pura-pura tidak dengar, bahkan mengalihkan pembicaraan atau berbohong. Karena jika Anda melakukan hal tersebut, anak akan mencari jawaban di tempat lain. Sambil mengajarkan anak, jelaskan bahwa penjelasan seputar seks hanya bisa ia dapatkan melalui Anda, orangtuanya. Gunakan kesempatan, misalnya:
1.	Saat mandi. Kenalkan anak tentang alat kelaminnya. Gunakan kata penis dan vagina untuk alat kelamin, jangan pakai kiasan. Jelaskan pada anak karena kata tersebut bersifat pribadi, ia tidak bisa mengucapkannya sembarangan atau di depan umum.
2.	Saat ada adegan mesra di film seperti berciuman. Daripada sibuk menutupi mata anak, lebih baik jelaskan apa arti adegan tersebut.
Pendidikan seks bukan single lecture. Tak bisa mengajari anak tentang pengetahuan seks hanya satu kali, karena dalam tiap tahapan usia anak, mereka mendapatkan ‘problem’ baru.
Mengenal Bagian Tubuh
Beritahu anak tentang batasan bagian tubuh pribadinya, yaitu mulai dari bawah leher sampai lutut, tidak termasuk tangan. Selain kelamin, bokong, dan dada, paha dan punggung termasuk pribadi, mengantisipasi fedofil yang suka meminta anak bertelanjang dada lalu memotretnya. Ajarkan pada anak, bahwa hanya ada 3 orang yang boleh menyentuh bagian tubuh pribadinya: dirinya sendiri, orangtua, dan dokter. 
Jika ada orang lain yang memaksa untuk memegang atau melihat bagian tubuh pribadi anak, diskusikan dengannya, apa yang perlu ia lakukan dengan memberikan arahan detail. Ajarkan anak untuk melawan dengan berbagai cara, yaitu berteriak, memukul, menendang, atau menggigit.
Ajarkan norma sederhana, seperti aturan memakai baju. Kalau habis mandi, badan harus ditutupi dengan handuk, dan inilah sebabnya mengapa di toko baju selalu ada ruang ganti pakaian, karena kita tidak bisa telanjang di depan banyak orang.
Kasus kekerasan seksual pada anak meningkat setiap tahunnya. Ironisnya, anak lebih banyak tahu tentang seks dari teman, internet, dan media pornografi seperti majalah porno, video, dan lain sebagainya. Hanya 5 % anak yang tahu tentang seks dari orangtua.
Menurut Pakar: Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi.
Berikan edukasi seks pada anak saat sebelum pubertas dan saat anak bertanya.
Bersyukurlah ketika anak tiba-tiba bertanya tentang seks karena inilah saatnya Anda memberikan informasi yang tepat. Jangan lalu Anda malah memarahinya, terlihat bingung, terlalu serius, pura-pura tidak dengar, bahkan mengalihkan pembicaraan atau berbohong. Karena jika Anda melakukan hal tersebut, anak akan mencari jawaban di tempat lain. Sambil mengajarkan anak, jelaskan bahwa penjelasan seputar seks hanya bisa ia dapatkan melalui Anda, orangtuanya. Gunakan kesempatan, misalnya:
1.	Saat mandi. Kenalkan anak tentang alat kelaminnya. Gunakan kata penis dan vagina untuk alat kelamin, jangan pakai kiasan. Jelaskan pada anak karena kata tersebut bersifat pribadi, ia tidak bisa mengucapkannya sembarangan atau di depan umum.
2.	Saat ada adegan mesra di film seperti berciuman. Daripada sibuk menutupi mata anak, lebih baik jelaskan apa arti adegan tersebut.
Pendidikan seks bukan single lecture. Tak bisa mengajari anak tentang pengetahuan seks hanya satu kali, karena dalam tiap tahapan usia anak, mereka mendapatkan ‘problem’ baru.
Mengenal Bagian Tubuh
Beritahu anak tentang batasan bagian tubuh pribadinya, yaitu mulai dari bawah leher sampai lutut, tidak termasuk tangan. Selain kelamin, bokong, dan dada, paha dan punggung termasuk pribadi, mengantisipasi fedofil yang suka meminta anak bertelanjang dada lalu memotretnya. Ajarkan pada anak, bahwa hanya ada 3 orang yang boleh menyentuh bagian tubuh pribadinya: dirinya sendiri, orangtua, dan dokter. 
Jika ada orang lain yang memaksa untuk memegang atau melihat bagian tubuh pribadi anak, diskusikan dengannya, apa yang perlu ia lakukan dengan memberikan arahan detail. Ajarkan anak untuk melawan dengan berbagai cara, yaitu berteriak, memukul, menendang, atau menggigit.
Ajarkan norma sederhana, seperti aturan memakai baju. Kalau habis mandi, badan harus ditutupi dengan handuk, dan inilah sebabnya mengapa di toko baju selalu ada ruang ganti pakaian, karena kita tidak bisa telanjang di depan banyak orang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar