PROFILE DAN PENGEMBANGAN DESA BATIK KLIWONAN KABUPATEN SRAGEN  
A. Latar Belakang 
Desa Kliwonan telah ditetapkan sebagai desa wisata batik. Penataan menuju desa wisata yang sesungguhnya terus dilakukan, dan mendapat dukungan masyarakat setempat. Desa Kliwonan merupakan lokasi pedesaan yang kondisi alamnya bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata, apalagi didukung dengan aktivitas masyarakat yang sebagai besar bertani dan membatik. Area persawahan dapat dijadikan laboratorium wisata ilmu pengetahuan tentang pertanian, dan laboratorium tradisional dalam pembuatan batik. Kondisi desa yang nyaman dengan penduduk yang religious menjadi jaminan pengembangan desa wisata. 
Kepariwisataan yang mengandalkan satu atraksi saja tentu kurang menjadi perhatian wisatawan. Demikian halnya di Desa Kliwonan yang mengandalkan atraksi batik batik saja tentu belum mampu menarik wisatawan secara maksimal. Dibutuhkan atraksi wisata yang menunjang wisata batik, yaitu wisata bertani yang didukung dengan kehidupan tradisional masyarakat setempat, maka konsep untuk menunjang wisata batik Kliwonan adalan Wisata Nyemplung Sawah. 
 B. Karakteristik Desa Kliwonan.
 Dunia mode dan fashion rasanya sudah tidak asing lagi dengan batik. Menyebut batik, ingatan seseorang akan melayang pada secarik kain dan pakaian khas Indonesia, khususnya Pekalongan, Surakarta, dan Yogyakarta. Tiga kota itu selama ini lebih dikenal oleh para pecinta busana sebagai sentra penghasil batik. Namun jika ditelusuri lebih jauh, pusat-pusat produksi batik pun dapat ditemukan di daerah lain di Jawa Tengah. Kabupaten Sragen, misalnya, adalah sentra produksi batik terbesar setelah Pekalongan dan Surakarta. Di Sragen, terdapat dua sub sentra batik yakni Kecamatan Plupuh dan Masaran. Dua sub sentra tersebut memiliki beberapa desa penghasil batik. Letak mereka pun berdekatan, saling berseberangan di sisi utara dan selatan Sungai Bengawan Solo.
Desa-desa di utara sungai adalah Jabung dan Gedongan yang masuk wilayah Kecamatan Plupuh. Mereka hanya berjarak sepelemparan batu dengan Desa Pilang, Sidodadi, dan Kliwonan. Tiga desa yang disebut terakhir terletak di selatan Bengawan Solo dan berada dalam wilayah Kecamatan Masaran. Karena berada di pinggiran sungai atau kali --dalam bahasa Jawa, industri Batik di kawasan tersebut juga dikenal dengan sebutan Batik Girli (Pinggir Kali). Di dua sub sentra batik tersebut terdapat 4.817 perajin batik dengan menyerap sekurangnya 7.072 tenaga kerja. 
1. Kependudukan
Di Desa Wisata Batik Kliwonan terdapat 85 UKM batik yang mampu menyerap 5000 pembuat batik  dari warga setempat. Dalam setahun, dapat dihasilkan 365.000 potong batik katun dan 50.000 potong batik sutera Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Produktivitas sebanyak ini menjadikan Desa Wisata Batik Kliwonan menjadi sentra penghasil batik terbesar setelah Sentra Batik Pekalongan dan Solo.
Penduduk Desa Kliwonan dan Pilang berjumlah 9.000 jiwa. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah bertani, sebagian lainnya adalah pembatik, pedagang, dan pekerja di sektor informal. Namun ketika pekerjaan di sawah sedang jeda,  jumlah pembatik bertambah banyak. Hal ini disebabkan karena para petani umumnya kaum perempuan-- berbondong-bondong beralih menjadi buruh membatik. Para pembatik khas Sragen ini memiliki keterampilan tinggi. Keahlian membatik diwariskan secara turun menurun dari orang tua mereka, sehingga di desa wisata batik mudah dijumpai anak-anak usia 10 tahun telah mampu menggoreskan canting batik dengan luwes pada secarik kain. 
2. Tipologi Masyarakat
Karakter umum masyarakat di Desa Wisata Batik Kliwonan adalah religius, ramah, guyub, rukun, dan masih menjaga nilai tradisi Jawa. Warga sangat terbuka dan menghormati tamu yang berkunjung ke desanya. Sifat gotong royong dan saling membantu di antara sesama warga juga masih berjalan kuat. Warga di Desa Wisata Batik Kliwonan memiliki kebiasaan unik yakni saling menjaga keselamatan jiwa dan harta benda milik tetangganya. Mereka akan saling mengingatkan satu dengan lainnya bila melihat marabahaya mengancam. Oleh sebab itu, keamanan lingkungan di Desa Wisata Batik Kliwonan sangat terjaga. 
3. Bentang Alam 
Selain kerajinan batik, desa-desa di sentra batik khas Sragen tersebut memiliki bentang alam yang natural. Ciri khas aktivitas masyarakat didominasi oleh kultur agraris yang masih menjaga nilai-nilai tradisi. Begitu memasuki kawasan desa wisata, ke arah manapun mata memandang, hamparan persawahan hijau membentang menyejukkan mata. Petani dengan caping khasnya tampak sibuk mengolah sawah. Didukung oleh lahan pertanian yang subur, maka tak heran bila kawasan pedesaan di sentra batik merupakan salah satu lumbung padi utama di Sragen. 
Di salah satu sudut jalan desa tepatnya di Dukuh Pilang Kidul, dari arah ketinggian, pengunjung dapat menikmati aliran Sungai Bengawan Solo berkelak-kelok di bawahnya. Aktivitas para penambang pasir tradisional di sungai dengan puluhan rakit bambunya menjadi atraksi yang sungguh menarik. Saat senja, tempat ini merupakan lokasi yang pas untuk menikmati pemandangan matahari terbenam.
4. Aksesibilitas
Kawasan Desa Wisata Batik Kliwonan terletak sekitar 12 KM sebelah selatan pusat kota Kabupaten Sragen. atau 15 KM sebelah timur laut kota Solo. Untuk mencapai lokasi desa wisata ini dapat dilakukan dengan melewati berbagai jalur, antara lain:
• Pintu masuk di Gronong (Perbatasan Kabupaten Sragen dan Karanganyar) : melalui Jalan Raya Solo - Sragen masuk ke utara hingga Desa Sidodadi – Kliwonan
• Pintu masuk Masaran : dari Masaran melalui jalan kabupaten menuju Desa Pilang – Kliwonan
• Dari objek wisata Museum Purbakala Sangiran melalui jalan kabupaten menuju kota Kecamatan Plupuh – Desa Gedongan – menyeberangi jembatan gantung menuju Desa Kliwonan
• Dari kecamatan Gemolong / objek wisata Waduk Kedung Ombo melalui jalan kabupaten menuju Kecamatan Plupuh – Desa Gedongan – menyebrangi sungai Bengawan Solo melalui jembatan gantung menuju Desa Kliwonan
Sebagian besar perajin batik tinggal di desa Kliwonan. Kuantitas produksi batik yang dihasilkan perajin Kliwonan pun paling besar. Oleh sebab itu, kawasan penghasil batik di Sragen kemudian lebih dikenal dengan sebutan sentra batik Kliwonan. Pemerintah Kabupaten Sragen lalu menetapkan sentra batik itu sebagai kawasan wisata terpadu, yang dinamakan Desa Wisata Batik Kliwonan. Desa Kliwonan sekaligus diditetapkan menjadi pusat pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik.
Desa wisata batik terletak 13 kilometer dari pusat kota Kabupaten Sragen dan telah dilengkapi dengan infrastruktur dan sarana publik yang memadai. 
Di sepanjang jalan menuju lokasi desa wisata yang terletak 4 kilometer dari jalan besar itu, pengunjung akan disuguhi hamparan persawahan dan rumah penduduk yang tertata rapi. 
5. Corak Batik Kliwonan
Kala tiba di desa wisata batik, pelancong tidak hanya dapat berbelanja.
Wisatawan juga dapat melihat proses pembatikan, seperti proses penjemuran, pewarnaan, pemberian motif, pelapisan dengan sejenis parafin, dan pembatikan. 
Para pelancong yang berminat tinggal beberapa hari dapat menginap di rumah-rumah penduduk yang telah disulap menjadi homestay. Perjalanan wisata ini dapat menyuguhkan pengalaman yang tak terlupakan. Sebab, wisatawan dapat memperoleh cukup waktu untuk belajar membatik sembari menikmati kehidupan warga pedesaan khas Sragen. Tidak cuma melihat proses pembuatan batik, wisatawan pun boleh ikut menjajal menggoreskan canting -semacam pena untuk melukis batik- ke atas kain mori. Wisatawan juga akan dikenalkan jenis-jenis kain batik dan motif yang dituangkan pada kain. Jika tak keberatan untuk berbasah dan berkotor-kotor sedikit, para penikmat perjalanan wisata bolehlah terjun ke dalam kolam pewarnaan. Bersama juru warna kain, wisatawan akan diajarkan mencelup dan mewarnai kain.
Wisatawan juga dapat mempelajari sejarah dan asal usul batik di Indonesia dan lahirnya batik khas Sragen itu sendiri. Gaya batik 
Sragen awal mulanya identik dengan batik Surakarta, terutama di era 80-an. Ini tak mengherankan, sebab para pionir kerajinan batik di Sragen umumnya pernah bekerja sebagai buruh batik di perusahaan milik juragan batik Surakarta. Namun kemudian, batik Sragen berhasil membentuk ciri khas yang berbeda dari gaya Yogyakarta dan Surakarta. Batik gaya Yogyakarta umumnya memiliki dasaran --atau sogan-- putih dengan motif bernuansa hitam atau warna gelap. Corak Yogyakarta ini biasa disebut batik latar putih atau putihan. Beda lagi dengan batik gaya Surakarta, biasanya memiliki warna dasaran gelap dengan motif bernuansa putih. Biasa disebut batik latar hitam atau ireng. Batik Yogyakarta dan Surakarta juga lebih kuat dalam mempertahankan motif gaya kraton yang telah menjadi patokan baku, misalnya parang,kawung, sidodrajat, sidoluhur, dan lain sebagainya. Bagaimana dengan batik Pekalongan? Batik dari daerah pesisir utara Jawa itu biasanya berlatar warna cerah mencolok. Motif batik yang digoreskan umumnya berukuran kecil-kecil dengan jarak yang rapat. Beda dengan batik Sragen.
Lahirnya motif tersebut tidak lepas dari pengaruh karakter masyarakat Sragen yang pada dasarnya terbuka dan blak-blakan dalam mengekspresikan isi hati. Batik Sragen lebih kaya dengan ornamen flora dan fauna. Ada kalanya dikombinasi dengan motif baku. Jadilah, motif tumbuhan atau hewan yang disusupi motif baku seperti parang, sidoluhur, dan lain sebagainya. Belakangan ini beberapa perajin mulai mencoba menelurkan motif baru yang isinya merekam aktivitas keseharian masyarakat. Guratan motif batik Sragen dewasa ini cenderung menyiratkan makna secara tegas. Jauh lebih lugas ketimbang corak Yogyakarta dan Surakarta.
Di desa wisata batik Kliwonan, wisatawan dapat dengan mudah membedakan batik Sragen dengan motif batik dari daerah lainnya. Para perajin batik di Kliwonan biasa menuangkan karyanya ke berbagai jenis kain dengan berbagai teknik produksi. Jenis kain yang digunakan antara lain sutera yang ditenun dengan mesin maupun manual, katun, dan primisma. Perajin di Sragen umumnya memproduksi batik dengan teknik tulis, cap, printing, dan kombinasinya. Namun, sebagian besar perajin masih mempertahankan teknik tulis di atas kain primisma. Teknik tradisional ini menunjukkan kemampuan luar biasa batik tulis Sragen dalam bertahan di era modern ini. Masih dipegangnya cara tradisional para pembatik di kawasan Kliwonan ini merupakan eksotisme yang langka dijumpai. Inilah daya tarik desa wisata batik Kliwonan.
Soal daya saing batik Sragen memang bukan isapan jempol semata. Walaupun berupa industri rumahan dan berlokasi di pedesaan, kapasitas produksi batik yang dihasilkan tidak bisa dianggap enteng. Lihat saja, produksi batik jenis katun yang dihasilkan pada 2005 mampu menembus angka 50.000 potong, sementara batik jenis sutera dari alat tenun bukan mesin mencapai 365.000 potong. Tak mengherankan apabila Sragen mampu membayang-bayangi Pekalongan dan Surakarta sebagai daerah produsen batik. 
Kesuksesan tersebut tidak lantas membuat para perajin batik menjadi lupa diri. Masyarakat sentra batik Girli itu dikenal sebagai komunitas yang religius. Mereka juga dikenal ramah, sopan, dan terbuka terhadap tamu. Ajaran Islam -agama mayoritas penduduk sentra batik Girli untuk memuliakan tamu yang disampaikan turun temurun oleh pendahulu mereka benar-benar dipegang teguh. Bahkan, jika beruntung, wisatawan akan menjumpai sambutan yang unik; hidangan daging ayam yang digoreng utuh. Tradisi ini merupakan simbol penghormatan dan ucapan selamat datang kepada para tamu atau orang asing yang dinilai bermaksud baik. 
6. Buah Tangan Khas Desa Wisata Batik Kliwonan
Tidak lengkap rasanya mengunjungi Desa Wisata Batik Kliwonan tanpa membawa pulang buah tangan khas kawasan ini. Banyak pilihan cenderamata yang dapat dibeli oleh para wisatawan, antara lain : 
• Kerajinan kain perca batik berupa tas, dompet cantik, bantal hias, selimut, dsb 
• Kerajinan grabah ndeso yang terbuat dari tanah liat hitam yang menciptakan tekstur kasar namun antik dan eksotis. Gerabah ndeso tersebut dapat berbentuk tempayan air, pot bunga, kuali, dan sebagainya.
• Kerajinan sangkar burung . Desa wisata ini memiliki kekayaan alam berupa bambu yang melimpah terutama di daerah tepian Sungai Bengawan Solo. Bambu-bambu tersebut oleh penduduk setempat diolah menjadi berbagai barang kerajinan yang cantik antara lain sangkar burung.
                Kebiasaan uluk salam dan saling menyapa di antara penduduk, maupun kepada orang asing masih jamak ditemui di kawasan itu. Mereka pun begitu ringan tangan membantu tetangganya yang ditimpa kesusahan. Jadi jangan kaget, bila Anda berkunjung ke desa batik Kliwonan suatu saat nanti, bakal disambut penuh kehangatan. Dengan salam khas wong ndeso yang tulus dan menentramkan; Monggo pinarak, sederek…", artinya, "mari singgah, saudaraku". 
7. Aktivitas Wisata
Wisatawan dipersilakan berkunjung ke rumah-rumah produksi milik para perajin dan membeli batik langsung dari pembuatnya. Tentu, dengan harga yang jauh lebih murah dibanding jika membeli batik dari gerai-gerai pakaian di kota besar. Pengunjung yang ingin belajar membatik dapat belajar langsung di rumah produksi milik perajin batik. Cukup 3 jam saja, wisatawan dijamin mengerti praktek dasar pembuatan batik. Pengunjung akan dikenalkan jenis-jenis motif batik, bahan baku dan penolong serta peralatan kerja. Selanjutnya langsung diajarkan proses pembuatan batik; mulai dari pembuatan pola batik, pelapisan pola dengan sejenis lilin (mencanting), pewarnaan, penjemuran, pelorotan warna, hingga penyelesaian akhir. Hasil belajar membatik singkat ini boleh dibawa pulang. Bagi pengunjung yang berniat belajar membatik lebih serius dan mendalam, boleh magang di rumah produksi dan akan diajari setahap demi setahap dengan penuh kesabaran. 
Selain berbelanja dan belajar membatik, aktivitas wisata lain yang dapat dinikmati adalah mengamati dari dekat cara bertani secara tradisional. Para wisatawan akan diajak untuk merasakan langsung aktivitas bertani antara lain : menanam padi, membajak sawah, menyemprot obat hama, menyiangi gulma, dan memanen padi. Bila berminat, telah tersedia aneka game/permainan “nyemplung sawah” seperti : balapan menangkap belut dan keong mas, balapan seluncur sawah, balapan tarik bajak, lomba menanam padi, dan lain sebagainya. 
Aktivitas yang tak kalah menarik adalah edukasi herbal, yakni mengenal aneka tumbuhan obat, khasiat dan cara pemanfaatannya. Banyak tetua desa yang masih menyimpan resep tumbuhan obat-obatan keluarga (TOGA). Resep akan diajarkan ke pengunjung yang berminat.
Upacara Adat adalah atraksi kebudayaan yang menarik. Di Desa Wisata Batik Kliwonan masih terdapat tradisi pesta panen, yang oleh warga setempat dinamakan ’’Bersih Desa’’. Biasanya digelar setiap bulan Agustus atau September. Pada acara tersebut ditampilkan berbagai kegiatan antara lain pementasan kesenian wayang kulit, aneka lomba 17-an khas desa, dan sajian jajan pasar serta makanan tradisional untuk disantap ramai-ramai. Jajan pasar adalah penganan tradisional yang biasanya diolah dari ketela, beras ketan, dan aneka jenis umbi. Sedangkan makanan khas daerah ini adalah sate keong mas (yang di daerah lain sering dibuang begitu saja karena dianggap hama sawah), pecel gendar, garangasem lele dan ayam, es dawet. Semua makanan masih menggunakan bumbu alami dan tidak menggunakan zat pewarna, perasa, maupun pengawet kimia. 
Selain pentas wayang kulit, kesenian yang ada di Desa Wisata Batik Kliwonan antara lain : pencak silat, rebana modern, dan tari batikan. Berbagai kesenian tradisional tersebut dapat ditemui tiap kali ada hajat desa atau warga yang melangsungkan upacara pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya. Namun, untuk menyaksikan kesenian tradisional tersebut wisatawan tak perlu menunggu saat hajatan desa digelar. Grup kesenian yang dikelola penduduk telah siap menampilkan kemahirannya, kapan pun para tamu menghendaki.
Wisatawan yang ingin menjelajah desa dapat melakukannya dengan aman dan nyaman, baik berjalan kaki maupun mengendarai sepeda angin. Jika dibutuhkan, pemandu wisata akan menemani wisatawan berkeliling hingga pelosok desa. Sewaktu menjelajah desa, wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas antara lain : menikmati pemandangan alam khas desa dan kegiatan keseharian penduduk, bertandang ke rumah produksi batik untuk berbelanja maupun belajar membatik,  menyaksikan atraksi kesenian setempat, menyantap makanan khas wong ndeso, dan kegiatan fotografi (hunting foto). 
Kunjungan ke Pondok Pesantren bagi orang kebanyakan adalah kegiatan yang langka. Warga Desa Wisata Batik Kliwonan dikenal ramah, terbuka dan masih menjunjung tinggi nilai religi. Di Desa Kliwonan terdapat pondok pesantren Ibnu Abbas, sebuah lembaga pendidikan bernafaskan Islam dengan kurikulum modern namun tetap menghargai nilai-nilai kearifan lokal. Perpaduan etika Islam, ilmu pengetahuan kontemporer, dan penghargaan terhadap keberadaan nilai-nilai tradisi merupakan kombinasi unik yang bakal meninggalkan kesan mendalam bagi siapapun yang berkunjung. Apalagi bagi wisatawan mancanegara yang ingin mengenal bagaimana etika Islam diajarkan dengan damai. 
 C.  Pengembangan Wisata Nyemplung Sawah
Wisata 
Nyemplung Sawah merupakan atraksi wisata dimana wisata langsung masuk ke lahan sawah yang sudah dikemas menjadi laboratorium wisata pertanian. Proses penanaman padi dilakukan secara tradisional, ada bajak sawah yang ditarik kerbau dan penyemaian padi secara langsung oleh wisatawan. 
a. Atraksi Wisata 
1) Naik bajak sawah yang ditarik kerbau
Di wahana ini wisatawan dapat belajar secara langsung bagaimana proses petani desa membajak sawah sebelum proses tanam. Seolah-olah wisatawan adalah sebagai petani desa. Fasilitas yang didapat oleh wisatawan berupa : Caping gunung (topi yang terbuat dari anyaman bambu dengan bentuk kerucut), pemandu lokal (akan didampingi oleh pemandu lokal dalam proses membajak sawah), gubug (tempat berteduh untuk petani dilokasi sawah). 
2) Menanam Padi ” TANDUR”
Di wahana ini wisatawan akan diajak menanam padi di sawah yang sering disubut dengan ”TANDUR” tanam mundur dalam bahasa Indonesianya yaitu menanam bibit padi dengan cara mundur.
Fasilitas yang didapat oleh para wisatawan berupa : bibit padi, Caping gunung (topi yang terbuat dari anyaman bambu dengan bentuk kerucut), pemandu lokal (akan didampingi oleh pemandu lokal dalam proses menanam padi di sawah), gubug (tempat berteduh untuk petani dilokasi sawah). 
3) Panen Raya Pari
Panen raya pari merupakan hal yang menarik pula bagi wisatawan yang datang berkunjung. Dalam hal ini wisatawan dapat melihat proses panen padi yang dilakukan oleh para petani desa dengan cara tradisional. Wisatawan dapat secara langsung memanen tanaman padi dari memotong  batang padi sampai berakhir proses menjadi gabah.
Fasiltas yang didapatkan oleh wisatawan berupa ;  Caping gunung (topi yang terbuat dari anyaman bambu dengan bentuk kerucut), pemandu lokal (akan didampingi oleh pemandu lokal dalam proses memanen padi di sawah), gubug (tempat berteduh untuk petani dilokasi sawah).Sabit ( Peralatan tradisional yang tajam untuk memotong batang padi yang siap di panen ) 
 b. Tata Letak
Perencanaan tata letak desa wisata batik kliwonan disusun pada setiap zonasi yang ada dengan memperhatikan kesesuian tema dan sub. tema. Konsep penyusunan tata letak secara garis besar disusun sebagai berikut:
 1) Atraksi Ganti Baju
Setiap wisatawan yang akan nyemplung sawah harus berbaju petani termasuk memakai caping, karena itu sebelum memasuki area persawahan wisatawan harus berganti baju di tempat yang telah disediakan pengelola. Pengelola menyediakan sewa pakaian, disediakan ruang ganti di dekat area parkir. 
2) Atraksi Wisata Pendukung
Dari ruang ganti pakaian tani menuju area persawahan, wisatawan berjalan sekitar 100 meter, yang mana di sepanjang jalan tersebut ada atraksi wisata seni tradisional, proses batik, pembuatan gerabah, dan lain sebagainya. 
3) Atraksi Wisata
Kawasan pertanian yang merupakan area atraksi “Nyemplung Sawah”, yang dapat dinikmati wisatawan adalah proses menanam padi dimulai dari Membajak Sawah hingga bagaimana wisatawan dapat belajar “TANDUR” Menanam Padi. 
4) Ruang Ganti dan Bilas
Ruang ganti disediakan bagi wisatawan yang selesai menikmati acara “nyemplung Sawah” ditempat tersebut disediakan pancuran khas desa yang bersumber dari sumur-sumur tempo dulu. 
5) Belajar membatik
Disediakan tempat untuk belajar membatik secara terprogram, mulai dari pemilihan bahan, penyediaan peralatan hingga proses pembelajaran batik, dengan didampingi oleh pemandu local.
 6) Warung Makan
Warung makan dengan menyediakan makanan khas desa wisata kliwonan, seperti Brambang asem, Sate Keong mas, gendar pecel, garangasem lele & ayam. 
7) Home Stay
Fasilitas ini disediakan untuk wisatawan yang ingin menginap di  desa wisata batik kliwonan.
 8) Pasar Batik Tradisional & Area Parkir
Pasar Batik Tradisional dibuat menyatu dengan tata ruang area parkir, sehingga wisatawan dapat membeli oleh-oleh khas desa wisata batik kliwonan dengan durasi waktu yang cukup. 
 REFERENSI
 ________, 2006,  Peluang Investasi di Kabupaten Sragen Kabupaten Sragen, Sragen: Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen. 
 ________, 2008,  Pesona Wisata Produk Unggulan Kabupaten Sragen, Sragen: Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen. 
 ________, 2009, Majalah INFO SUKOWATI, Sragen: Percetakan Perusda Pemerintah Kabupaten Sragen. 
________, 2009, Website http:// pariwisata.sragenkab.go.id, Sragen: Kantor Pengelola Data Elektronik Kabupaten Sragen. 
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,  Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.